![Bodi Lamborghini Aventador yang sedang dirakit.](http://danevil.files.wordpress.com/2012/01/lamborghini-quality-day-20.jpg?w=356&h=237)
Semua orang tahu Lamborghini. Tapi, tidak semua orang tahu tahu
bahwa mobil seharga miliaran rupiah itu dirakit menggunakan tangan
(bukan mesin atau lengan robot) di sebuah desa kecil di Italia.
Desa itu bernama Sant’ Agata Bolognese, terletak 32 kilometer di
sebelah utara Bologna, kota kosmopolit dan kaya budaya yang oleh Unesco
dilabeli ”city of music” itu.
Di Sant’ Agata itulah Automobili Lamborghini, S.p.A menciptakan mobil
sport
legendaris Lamborghini sejak 1963 dan mengapalkannya ke seluruh penjuru
dunia. Mulai dari Miura, Countach, Diablo, Gallardo, Muricelago,
Reventon, hingga yang terbaru Aventador.
Walau pada 2010 penjualan Automobili Lamborghini menurun hingga 14
persen di angka 1.302 unit, namun market share di negara seperti China
justru tumbuh melebihi Amerika. Pada 2010, misalnya, 206 unit
Lamborghini dibeli oleh para taipan China. Tahun ini sudah lebih dari
300 unit. Kini selain di Amerika, fokus jualan Automobili Lamborghini
ada di wilayah Eropa, Timur Tengah, dan Afrika (EMEA), serta Asia.
Pada 2008, Automobili Lamborghini memproduksi 2,430 unit mobil.
Sekitar 1.800 diantaranya adalah model terlaris Gallardo, satu-satunya
varian Lamborghini yang mengusung mesin V8 hingga disebut ”baby Lambo”.
Sedangkan 630 unit sisanya merupakan model
flagship atau unggulan mereka: Murcielago.
Murcielago yang memanggul mesin V12 itu mampu melesat dari 0-100
km/jam dalam 3.4 detik dengan kecepatan maksimal 340 km perjam. Pengguna
juga bisa memilih versi yang lebih ekstrem: Murcielago SV. SV singkatan
dari Super Veloce atau super cepat.
Berat Murcielago SV dipangkas 100 kilogram, sementara tenaganya
ditambah. Akselerasi dari 1-100 km/jam diraih hanya dalam 2.9 detik!
Kecuali baja di atap dan pintu, seluruh bodi Murcielago SV yang dirakit
oleh total 130 teknisi itu terbuat dari serat karbon.
Belum lama ini Automobili Lamborghini melahirkan model baru sebagai
pengganti Murcielago. Dialah Aventador LP700-4. Inilah mobil yang
disebut-sebut paling mendekati pesawat jet di darat. Inilah mobil
pertama yang seluruh bodinya terbuat dari campuran serat carbon, bahan
yang digunakan di pesawat terbang karena ringan tapi kuat itu.
Penggunaan serat karbon yang campuran plastik dan serat sintetis itu
berdampak besar pada performa dan kecepatan. Aventador menjadi sangat
ringan hingga akselerasi dari 0-100 km/jam hanya dicapai dalam 2,9
detik. Sementara kecepatan maksimalnya adalah 350 km per jam. Harga per
unit Aventador mencapai USD3,79 miliar.
Kolaborasi Jerman-Italia
Lamborghini Aventador
Pada pertengahan 1950an, seorang pemilik pabrik traktor terbesar di
Italia Ferruccio Lamborghini membeli sebuah Ferrari. Namun, ia kecewa
karena merasa mobil itu tidak sesuai ekspektasinya.
Ketika menyuruh salah satu mekaniknya untuk membongkar Ferrari
tersebut Ferruccio menyadari bahwa kopling yang digunakan serupa dengan
traktornya. Maka sejak itu (usia 47 tahun) Ferruccio memutuskan untuk
membuat mobil
sport yang akan mengalahkan Ferrari.
Ferruccio sengaja memilih logo banteng karena zodiaknya adalah
Taurus. Nama-nama Lamborghini juga diambil dari nama banteng petarung
ataupun tradisi adu banteng. Mulai dari Miura, Diablo, Gallardo,
Countach, hingga Murcielago.
Sejak 1963 kepemilikan Lamborghini sempat beberapa kali berpindah
tangan. Puncaknya pada 1998, Audi AG yang masih jadi bagian dari
Volkswagen (VW) Group mengambil alih kepemilikan Automobili Lamborghini
dan membuat nama Lamborghini semakin bersinar.
Uniknya, walau Audi berasal dari Jerman, namun mereka tetap
mempertahankan ciri khas dan sentuhan Italia pada mobil Lamborghini.
Kantor pusat Lamborghini tetap ada di Sant’ Agata, seperti halnya
Bugatti tetap berada di Molsheim, Prancis, dan Bentley di Crewe,
Inggris, setelah diambil alih oleh VW Group.
Masuknya Audi tidak hanya berdampak pada pengembangan
platform seperti
spaceframe alumunium
di Audi R8 dan Lamborghini Gallardo. Tapi juga bagaimana teknologi
terbaik mereka dikembangkan dan diinjeksikan dalam mobil-mobil
Lamborghini.
Buatan Tangan
Teknisi mulai merakit mesin V12 milik Lamborghini
Lamborghini menggunakan filosofi yang sama dengan yang digunakan
Toyota sejak 1960an dalam menciptakan alur perakitan mobil yang simpel
dan efektif di pabriknya.
Setiap pekerja menghabiskan sekitar dua jam di setiap pos atau
workstation
untuk memberikan fokus pada setiap komponen yang ada di Lamborghini.
Pekerjaan mereka sangat rumit, membutuhkan presisi, kerapihan, dan
sangat berorentasi pada detil.
Proses perakitan setiap mobil Lamborghini dilakukan dengan tenaga
manusia. Peran robot nyaris ditiadakan. Dalam proses perakitan, mata dan
tangan manusia berperan penting terhadap bagaimana mobil ini dirakit.
Setiap pekerja memang dibantu dengan komputer yang memberikan informasi
secara
real time bagaimana setiap komponen terpasang dengan
sempurna. Ini yang menjelaskan mengapa hanya ada 3,5 unit Aventador yang
diproduksi setiap harinya.
Setelah perakitan usai, setiap unit Lamborghini di uji menggunakan dinamometer
indoor untuk memastikan subsistem seperti
stability control, rem, maupun transmisi bekerja harmonis dalam kecepatan hingga 170 km per jam.
Ujian finalnya, tentu saja seorang
tes driver merapal langsung mobil itu dalam kecepatan 60-80 km perjam di jalan raya Sant’ Agata.
Test driver mencari 200 kesalahan potensial yang mungkin
muncul. Mulai dari kebocoran udara, lampu peringatan, pergantian gigi
yang kasar, atau
driving-mode yang tidak bekerja seperti
seharusnya. Mereka membawa alat perekam suara digital untuk mencatat
setiap observasinya saat bermanuver di jalanan pedesaan Sant’ Agata yang
sempit-sempit itu.
Hemat Energi
Pabrik Lamborghini dengan atap sel surya
Meski memproduksi mobil bermesin V12 dengan 6.500 cc yang haus
bensin, namun Automobili Lamborghini tetap berupaya menjaga agar pabrik
mereka hemat energi dan ramah lingkungan. Caranya, sebisa mungkin
meredam emisi CO2.
Tak tanggung tanggun, investasi yang mereka gulirkan hingga 2015 mendatang mencapai USD45 juta atau Rp412 miliar.
Target utama investasi ini ada dua. Pertama, memodifikasi pabrik
Sant’Agata seluas 17.000 meter persegi atau dua kali lapangan bola itu
agar tidak lagi boros emisi CO2nya.
Perubahan yang paling menonjol adalah mengganti seluruh atap pabrik
dengan sel surya atau Photovoltaic. Photovoltaic merupakan semikunduktor
yang dapat mengubah cahaya mahatari menjadi energi listrik.
Atap photovoltaic yang dibangun oleh Sinergia Sistemi S.p.A itu mampu
memproduksi tenaga surya hingga 1,582 Megawatt hour (MWh) per tahunnya
atau mengurangi emisi CO2 hingga 20% pada 2010.
Target kedua adalah merubah desain dan proses produksi mobil agar
lebih hemat emisi. Targetnya memangkas 35% emisi CO2 yang dihasilkan
pada setiap produksi mobil Lamborghini pada 2015 mendatang.
Program ini sebenarnya sudah berjalan di Gallardo LP560-4, dimana
perubahan teknikal pada produksi mobil itu bisa mengurangi 18% emisi
CO2.
Di masa depan, Lamborghini terus mengeksplorasi teknologi seperti
memangkas berat (sudah dilakukan di Aventador), memperbaiki proses
pembakaran, mengurangi gesekan pada bodi, menggunakan sistem start-stop,
solusi drive train hybrid, serta penggunaan biofuel.
”Tujuan kami adalah mengurangi emisi CO2 hingga bisa mencapai 50%”
ujar Presiden dan CEO Lamborghini Stephan Winkelmann. Intinya kira-kira
begini: walaupun pengguna memiliki sebuah
supercar yang boros bahan bakar, paling tidak mobil tersebut dirancang dan dibangun dalam lingkungan yang ”hijau”.
Foto-foto lain di pabrik Lambroghini diambil dari Wired.com:
![Gambar](http://danevil.files.wordpress.com/2012/01/lamborghini-quality-day-07.jpg?w=990)